Langganan

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Selasa, 15 November 2016

Stereotip


Stereotip
Stereotip adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap suatu kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotip merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. Secara umum, stereotip dapat berupa prasangka positif dan juga negatif, dan kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif terhadap seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Sebagian besar masyarakat beranganggapan bahwa segala bentuk stereotip adalah negatif.
Dalam KBBI, stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Stereotip jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang. Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula teori stereotip ini. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
Psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antar kelompok. Sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial. Sedangkan para humanis menekankan bahwa stereotip secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa mempedulikan kenyataan yang sebenarnya. Walaupun jarang sekali stereotip itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotip sesuai dengan fakta yang terukur.
Dalam sejarahnya, stereotip merupakan perilaku yang sudah dilakukan oleh manusia sejak zaman purbakala. Namun stereotip sebagai konsep modern baru digagas oleh Walter Lippmann dalam tulisannya yang berjudul “ public opinion “ yang dipublikasikan  pada tahun 1992. Ia mengatakan stereotip adalah cara ekonomis untuk melihat dunia secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan individu tidak dapat sekaligus melakukan dua even yang berbeda dalam tempat yang berbeda yang dilakukan secara bersamaan. Karenanya manusia kemudian bersandar pada suatu testimoni orang lain untuk memperkaya pengetahuan mengenai lingkungan sekitarnya.
Dengan era digitalisasi seperti sekarang peranan media sangat penting. Media sering digunakan untuk memberikan pengalaman atau gambaran yang hampir sama seperti aslinya. Melalui media pula dapat mempercepat pengaruh yang tidak terhindarkan terhadap cara pandang kita, karena media masa kini dapat berfungsi sebagai mata dan telinga, yang selalu melihat dan mendengar apapun yang terjadi. Informasi melalui media harusnya jadi bijak bila kita mampu mengkonfirmasi segala informasi yang didapat kepada orang atau kelompok yang bersangkutan. Dan ingat “ CURIGAILAH DIRIMU SEPERTI KAU MENCURIGAI SESAMAMU “

Rabu, 29 Juni 2016

MENSYUKURI NIKMAT UMUR


MENSYUKURI NIKMAT UMUR
                                                        
Dalam Al-qur’an Surat Ibrahim ayat 7, Allah SWT berfirman :
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikamat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Dari ayat tersebut kita dapat memetik pengertian, jika kita sedang memperoleh nikmat atau kebahagiaan, maka kita harus bersyukur kepada Allah SWT. Karena dengan bersyukur maka Allah SWT akan melipat gandakan nikmat yang kita rasakan. Dan jika kita lupa tidak bersyukur niscaya kita akan memperoleh balasan berupa siksa atau azab yang sangat pedih. Allah SWT senantiasa mencurahkan nikmat-Nya kepada manusia dengan bermacam-macam nikmat yang tidak dapat kita hitung jumlahnya.
Allah SWT berfirman :
“Wain taudduu nikmatallahi la tuhfuuha”
Artinya : Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. (Qs. An Nisa : 18)
Diantara sekian banyak nikmat Allah SWT yang kita pakai dan kita pergunakan setiap hari yaitu nikmat umur. Umur yang kita pakai sehari-hari adalah salah satu nikmat Allah SWT yang sangat mahal, karena saking terlalu mahalnya, maka tidak dapat dinilai atau dihargai dengan uang atau materi. Meskipun dunia semakin maju, akan tetapi belum ada teknologi yang dapat memperpajang umur manusia.
Semakin bertambah umur manusia, maka semakin dekat dengan ajal atau kematian, dan semakin dekat dengan ajal sama artinya semakin dekat dengan liang kubur. Oleh karena itu hendaklah sisa umur yang kita nikmati di dunia ini, dipergunakan untuk kemaslahatan atau kebaikan yang bermanfaat bagi pribadi, keluarga, masyarakat serta negara.  .
Rasulallah saw bersabda :
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang diberi panjang umur, dan dengan umur yang panjang tersebut dipergunakan untuk berbuat kebaikan. Dan sejahat-jahatnya manusia adalah orang yang diberi umur panjang, tetapi dengan umur yang panjang tersebut dipergunakan untuk berbuat kejahatan”.(Hadis Riwayat Ahmad).
Dengan sabda Rasul Muhammad saw tersebut kita dapat mengambil pelajaran supaya kita dapat memanfaatkan sisa umur yang sangat berharga ini, dengan perilaku shalihah yang digariskan Allah SWT. Dalam hal ini Rasulallah saw juga bersabda :
“Barang siapa yang sudah memasuki usia 40 tahun, tetapi kebaikanya masih belum  bisa mengalahkan kejahatannya, maka lemparkan saja ke dalam api neraka tempatnya mereka”.(HR Baihaqi).
Umur yang kita pakai di dunia ini akan kita pertanggung jawabkan kepada Allah SWT. kelak di akherat. Bahkan ketika baru saja selesai dikuburkannya jasad manusia, belum lagi hilang jejak telapak kaki manusia yang mengantarkannya ke kubur, Allah SWT sudah menanyakan kemana umurmu dihabiskan dan untuk apa umurmu dipergunakan. Pada waktu itu manusia tidak dapat berdusta sedikitpun, karena seluruh anggota badan menjadi saksi tentang apa dan untuk apa dipergunakan umurnya yang sekian puluh tahun dipakai. Barulah pada hari itu timbul penyesalan yang tidak berguna lagi.
Rasulallah saw, bersabda :
“Belum lagi hilang jejak telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat, sehingga kepadanya telah diajukan empat pertanyaaan :
1.      Dari hal umurnya kemana dihabiskan.
2.      Dari hal tubuhnya untuk apa dipakainya.
3.      Dari hal ilmunya apa yang sudah diamalkan dengan ilmunya.
4.      Dari hal harta dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakannya.
(H.R. Turmudzi).
Bagi manusia yang beriman kepada Allah SWT, pasti akan mempercayai bahwa pada suatu saat yang sudah ditentukan, umur manusia akan berpisah dengan badan, bila ajal sudah datang dan berpulang ke Rahmatullah. Itu artinya kontrak manusia hidup di dunia ini akan berakhir, maka manusia akan menuju akhirat untuk mempertanggung jawabkan segala umurnya ketika hidup di dunia.
Oleh karena itu Rasulallah saw berpesan dengan sabdanya :
“Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datangnya lima kesempitan :
1.      Pergunakanlah kesempatan sehatmu sebelum datang masa sakitmu.
2.      Pergunakanlah kesempatan lapangmu sebelum datang kesempitanmu.
3.      Pergunakanlah kesempatan mudamu sebelum datang hari tuamu.
4.      Pergunakanlah kesempatan kayamu sebelum datang waktu faqirmu.
5.      Pergunakanlah kesempatan hidupmu sebelum datang kematianmu.
(H.R. Baihaqi)
Sebagai penutup marilah kita pergunakan kesempatan hidup di dunia ini untuk mengabdi kepada Allah SWT, dengan berbuat kebaikan sehingga bermanfaat bagi diri kita, keluarga, masyarakat, agama, dan juga negara.
Semoga kita senantiasa memperoleh petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT sehingga sisa umur kita bisa dipergunakan untuk beribadah kepada Allah SWT, dan perbuatan kita selama hidup di dunia mendapat ridha dan ampunan dari Allah SWT. Amin ya Rabbal alamin.

Selasa, 31 Mei 2016

Pesimis, Optimis, dan Realistis


Pesimis, Optimis, dan Realistis

Kali ini kita akan membahas mengenai pesimis, optimis, dan realistis. Sebelum kita membahas lebih jauh, kita harus mengetahui makna dari ketiga kata tersebut. Berikut penjelasannya menurut KBBI :
- Pesimis : Orang yang bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir kalah, rugi, dan sebagainya), orang yang mudah (putus) harapan.
Optimis: Orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal.
-  Realistis : Bersifat nyata (real), bersifat wajar.
Ketiganya jelas memiliki perbedaan yang nyata, saya akan mencoba membahasnya walaupun saya kurang bisa membahasakannya. Sikap realistis kadang sering didahului atau menciptakan sifat pesimis. Mengapa demikian? Ada orang yang mengalami rasa pesimis tanpa didahului dengan berfikir realistis. Ada pula yang mengalami rasa pesimis karena berfikir realistis. Secara sederhana orang yang berfikir realistis itu, memiliki alasan tertentu untuk merasa takut. Sedangkan orang pesimis itu takut, tapi tidak memiliki alasan mengapa ia takut.
Lain lagi dengan optimis yang selalu berpandangan baik dalam setiap aktifitas yang ia lakukan. Ia selalu berfikir potitif dalam menghadapi masa depan. Namun seringkali sikap optimis ini juga menimbulkan realistis. Sikap realistis yang ditunjukan biasanya dilakukan sesuai dengan ilmu atau kemempuan yang ia punya atau miliki. Realistis disini ialah sifat dimana seseorang tidak akan mengambil resiko atas apa - apa yang belum mereka kuasai dengan baik. Realistis itu berdasarkan hal yang sudah ada, kalau keadaan mendukung, maka akan muncul optimisme. Kalau keadaan tidak mendukung, ya biasanya jadi pesimisme.
Ketiga sifat tersebut memiliki sudat pandang masing – masing, yang harus kita lakukan adalah membuat sebuah tim yang berisi pesimis, optimis, dan realistis. Karena bila ketiganya kita mamanfaatkan dengan baik dan dengan managerial yang tepat maka akan menghasilkan suatu kombinasi yang hebat. Pada dasarnya ketiga tipe ini tidak berkontradiksi, namun hanya memiliki cara pandang yang berbeda dalam menyelesaikan atau memandang suatu permasalahan.
Sang optimis, yang selalu memandang suatu masalah akan berakhir dengan manis. Ia seringkali tidak memandang resiko – resiko yang akan dilalui. Sang pesimis yang selalu berhati – hati, ia selalu menganalisa segala kemungkinan resiko – resiko yang akan muncul, baik dari yang terkecil sampai resiko yang terbesar. Ia bukanlah tidak percaya akan keberhasilah, melainkan tidak mengatahui cara untuk mengatasinya. Sedangkan sang realistis, ia akan memilih tindakan – tindakan yang mungkin ia mampu untuk lakuakan. Karena bila terlalu tinggi, ia beranggapan hal itu tidak mungkin untuk diraihnya.
Bila ketiganya dipadukan, maka optismis memiliki peranan sebagai pembakar semangat dan motivasi. Pesimis berperan sebagai analisa terhadap setiap kemungkinan yang akan terjadi. Dan realis harus menyiapkan segala tindakan – tindakan yang diperlukan dalam menghadapi masalah – masalah yang akan dihadapi. Bila kita dapat memanfaatkan ketiganya dengan baik, maka segala macam permasalahan bukan menjadi penghalang bagi kita untuk bergerak lebih maju.
Dalam diri seseorang pasti memiliki ketiga sifat ini, oleh karena itu kita harus menjadi manajer yang bijak, agar tidak terlalu terjerumus ke salah satu pihak secara ekstrem. Yang kita butuhkan adalah bagaimana cara menyeimbangkannya untuk mencapai hasil memuaskan. Pada dasarnya manuasia ialah makhluk sosial, bila kita tidak mampu menyeimbangkannya sendiri, maka yang kita butuhkan adalah partner yang tepat. Kita harus optimis dalam menghadapi suatu masalah tanpa mengesampingkan peran pesimis, namun kita juga harus realistis terhadap suatu masalah yang kita hadapi. Sekian.